TAPANULI TENGAH – Dinas Kesehatan Tapteng mencatat
telah terjadi 150 kasus rabies atau gigitan anjing gila di daerah itu selama
tahun 2012. Dalam lima kasus di antaranya korbannya meninggal dunia. Hal itu
menuai keprihatinan dari Bupati Tapteng Raja Bonaran Situmeang.
“Ini sangat disayangkan, gigitan
anjing gila sampai menimbulkan korban jiwa. Harusnya tak terjadi. Tapteng
rupanya belum bebas rabies,” ungkap Bonaran yang mengaku baru mengetahui hal
itu setelah menerima laporan dari para pegawai Dinas Kesehatan Tapteng saat
rapat kerja koordinasi di Pandan, Selasa (8/1).
Menurut Bonaran, diperlukan intensitas
vaksinasi dan sosialisasi bahaya gigitan anjing gila kepada warga sebagai
langkah antisipasi dini. “Tapi warga juga mesti sadar, vaksinasilah anjing
peliharaan paling tidak setahun sekali. Saya sudah ingatkan Dinas Peternakan
agar lebih memperhatikan vaksinasi anjing itu. Itu demi keselamatan jiwa warga
juga. Atau lakukan penertiban anjing liar yang berbahaya di lingkungan
sekitar,” ujar Bonaran.
Kabid Pengendalian Masalah Kesehatan
Dinkes Tapteng drg Megawati Tarigan membenarkan data kasus gigitan anjing gila
itu.
“Ya, dari 150 kasus, lima korban di antaranya
meninggal dunia. Sebabnya, korban tak segera berobat medis pasca gigitan.
Korbannya usia bervariasi, ada pelajar hingga orangtua,” ungkap dr Mega.
Dijelaskannya, rabies adalah penyakit
infeksi tingkat akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus
rabies. Penyakit ini bersifat zoonotik, yaitu dapat ditularkan dari hewan ke
manusia. Virus rabies ditularkan ke manusia melalu gigitan hewan misalnya oleh
anjing, kucing, kera, rakun, dan kelelawar. Rabies disebut juga penyakit anjing
gila.
“Gejala rabies biasanya mulai muncul
dalam waktu 30-50 hari setelah terinfeksi. Pada anjing, masa inkubasi virusnya
hingga munculnya penyakit adalah 10-14 hari. Tetapi bisa mencapai 9 bulan pada
manusia. Maka itu bila seseorang digigit anjing gila, sebaiknya anjingnya
dikurung dulu selama dua minggu. Jika dalam masa itu anjing itu mati, maka itu
rabies. Korban mesti segera dibawa berobat medis,” tukas dr Mega.
Sementara luka gigitan yang beresiko
tinggi yakni di luka di atas daerah bahu (kepala, muka, leher), luka pada jari
tangan atau kaki, luka pada kelamin, luka yang lebar atau dalam, dan luka yang
banyak. Sedangkan luka dengan risiko rendah meliputi jilatan pada kulit yang
luka, garukan atau lecet, serta luka kecil di sekitar tangan, badan, dan kaki.
“Tapi sebaiknya tiap gigitan jangan
dianggap sepele. Sebaiknya korban langusng dibawa berobat,” timpalnya. Dr Mega
menyarankan, bila tergigit anjing, sebaiknya segera cuci luka gigitan
menggunakan sabun atau air bersih yang mengalir setidaknya selama 15 menit. Gunakan
antiseptik, yodium iodine, atau alkohol. Segera periksakan diri ke dokter dan
minta suntikan anti rabies.
“Selain itu, saat membersihkan luka
gigitan, sebaiknya jangan menyentuh luka dengan tangan kosong. Jangan gunakan
kunyit, cabai, kopi, lemon, tanah, minyak, obat herbal, kapur, atau daun sirih
pada luka. Itu sia-sia,” tukasnya.
Beberapa ciri-ciri anjing gila seperti
tampak tidak sehat, gelisah, dan agresif. Air liur berlebihan dan lidah
terjulur, matanya merah, suka menyendiri di tempat gelap dan dingin. Ekor
ditekuk diantara kedua kaki belakang. Menggigit apa saja yang ada di sekitanya,
baik benda-benda maupun manusia. Bahkan pemilik anjing yang selama ini akrab
dengannya. Lalu, takut cahaya (fotofobi), tidak mau makan dan minum tapi merasa
sangat haus, takut air, dan takut suara. (sumber: metrotapanuli)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar