MENUJU INDONESIA BEBAS RABIES 2020, KUPANG - Direktur Yayasan Peduli Sesama Isidorus Kopong Udak menyebutkan, ribuan warga Flores, Nusa Tenggara Timur, meninggal sejak 1996-2011 tetapi tidak ada komitmen dari pemerintah mengatasi masalah itu.
"Belum ada kebijakan yang tepat mengatasinya penyakit itu, bahkan anggaran untuk mengadakan vaksin pun sangat terbatas. Bahkan sejumlah kabupaten tidak mengalokasikan anggaran penanggulangan rabies sama sekali," kata Isidorus, Senin (15/8/2011) di Kupang.
Menurut Isidorus, dana bantaun sosial di Sikka senilai Rp 10,7 miliar semestinya dapat dialokasikan untuk mengatasi rabies yang saat ini sedang mengganas di Sikka. "Pejabat-pejabat yang 'makan' uang bansos harus mengembalikan dana itu, sehingga dapat dimanfaatkan untuk menangani masalah sosial di daerah itu, termasuk penyakit rabies," katanya.
Dalam pekan ini ada lagi warga Sikka digigit anjing dan mati. "Setiap tahun selalu ada orang yang mati karena digigit anjing. Semua tahu itu, tetapi seakan-akan tidak melihat kasus itu sebagai persoalan besar karena sudah menahun dan membuat pejabat kebal perasaan dan hati nurani," tutur Udak.
Kebijakan pemerintah membasmi seluruh anjing di Flores yang pernah mengemuka tahun 2009/2011 bukan kebijakan yang tepat karena bertentantangan dengan tradisi dan budaya masyarakat lokal. Tindakan yang pas dan diterima masyarakat adalah pengadaan vaksin rabies sebanyak mungkin, sehingga semua anjing di Flores diberi vaksin secara rutin, setiap tahun.
Karena itu anggaran untuk menangani masalah rabies di Flores pun harus dianggarkan setiap tahun oleh delapan kabupaten di daerah itu. "Rabies ini masalah serius dan tidak boleh dianggap enteng," ujar Isidorus.
Sumber: www.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar