teks berjalan

Selamat Datang di Blog Si Penyayang Anjing Lucu

Sumatera Utara Bebas Rabies 2015

sumber foto: kompas.com
Dinas Kesehatan Sumatera Utara akan akan wujudkan Pulau Sumatera Bebas Rabies 2015. Hal itu sesuai visi program pemberantasan rabies Kementerian Kesehatan RI, mengingat banyaknya ditemukan kasus rabies di Sumatera.

Kepala Dinas Kesehatan Sumut, dr Chandra Syafei melalui Kabid Pengendalian Masalah Kesehatan, Dr dr SH Suryantini MKes mengatakan, program pemberantasan rabies yang akan dilaksanakan, antara lain pengendalian penyakit secara terpadu, mencegah rabies pada manusia dengan penanganan kasus gigitan hewan penular rabies (GHPR), melindungi kelompok resiko tinggi di wilayah yang berjangkit rabies, dan peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas serta pemberdayaan masyarakat.

Menurutnya, program pemberantasan rabies itu perlu dilakukan, mengingat kasus gigitan hewan penular rabies semakin tinggi. Sumatera Utara sendiri merupakan provinsi tertinggi kedua kasus gigitan hewan penular rabies, setelah provinsi Bali pada tahun 2010 yakni 3714 kasus gigitan dan 35 orang diantaranya meninggaldunia. Sedangkan di Bali sebagai provinsi tertinggi terdapat 60.047 kasus gigitan hewan penular rabies, 82 diantaranya meninggal. Menyusul provinsi  NTTdengan 3023 kasus dan 20 orang meninggal, provinsi Maluku dengan 778 kasus dan 21 orang meninggal.“Sepanjang 2011 saja kasusnya sudah ada yakni sebanyak 472 kasus gigitan, 9 diantaranya meninggal,”sebutnya, Minggu (20/3).

Namun begitu kata Suriantini, pihaknya tetap mendapat hambatan dalam pemberantasan rabies di Sumut, yakni terjadinya peningkatan jumlah kasus rabies yang tinggi tahun 2010 dan 2011 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Dimana lebih dari 75% dari kasus itu berada di wilayah Kabupaten/Kota di kepulauan Nias dengan berbagai faktor risiko yang masih sulit dikendalikan.

Diantaranya, ketersediaan sumber daya kesehatan yang terbatas, karena umumnya merupakan kabupaten/kota pengembangan baru, sulitnya menertibkan keberadaan anjing liar yang rawan tertular rabies, banyak wilayah dengan geografis sulit.“Kepulauan Nias merupakan wilayah yang baru dalam serangan penyakit rabies, hingga masyarakatnya kurang kewaspadaan dan vaksin anti rabies (VAR) juga serumanti rabies (SAR) yang mahal. Selain itu juga, pelaksanaan kordinasi lintas sektor termasuk mitra yang belum berjalan optimal,”ucapnya.

Suriantini menambahkan, untuk mewujudkan pulau sumatera bebas rabies pada tahun 2015, pihaknya telah melakukan beberapa upaya tahun ini. Diantaranya, akan mengirimkan surat edaran Kepala Dinas Kesehatan Provsu nomor 440.443/1225/I/2011 tertanggal 24 Januari 2011 tentang kewaspadaan dini dan antisipasi terhadap penyebaran rabies, sekaligus menginformasikan agar kabupaten/kota mengadakan VAR, mengingat keterbatasan persediaan VAR di provinsi dan pusat.

Selain itu, dalam surat edaran juga meminta agar kabupaten/kota mengaktifkan tim kordinasi (tikor) penanggulangan rabies, dan melakukan penyuluhan kepada  masyarakat tentang tindakan yang harus dilakukan dalam pencegahan rabies.“Kita juga sudah kirimkan surat Kadis Provsu pada 28 Februari 2011 lalu tentang pelaporan dan pembentukan rabies centre dimasing-masing Rumah Sakit pemerintah, sebagai pusat penanganan kasus rabies diwilayah kabupaten/kota,”ujarnya.

Anggota DPD RI, Parlindungan Purba, berharap pemerintah memberikan perhatian lebih terhadap kasus rabies di Sumatera Utara, karena sudah cukup  mengkhawatirkan.Tidak hanya di Kabupaten/Kota Nias saja, namun perhatian didaerah lain seperti di Labuhan Batu juga harus diperhatikan. Hal ini juga sudah pernah disampaikan kepada Kementerian Kesehatan untuk memperbanyak VAR dalam penanggulangan rabies.

sumber: www.starberita.com

Tidak ada komentar: