teks berjalan

Selamat Datang di Blog Si Penyayang Anjing Lucu

Perayaan Hari Rabies Sedunia Tahun 2012 di Indonesia

dr. Rita Kusriastuti
Melaksanakan Perayaan Hari Rabies Dunia, World Rabies Day, yang dirayakan setiap tanggal 28 September, Kementerian Kesehatan RI mengintensifkan koordinasi di lapangan untuk memastikan persiapan pelaksanaan kegiatan tersebut di Indonesia, yang dilaksanakan pada awal Oktober ini.
 
"Secara nasional perayaannya akan dipusatkan di Maumere, Ibu Kota Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur, pada tanggal 8 - 9 Oktober 2012, sehingga persiapan awal mulai dilakukan tanggal 24 dan 25 September 2012", kata Direktur Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang, Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) Kemenkes RI, dr Rita Kusriastuti, MSc, melalui siaran elektronik, di Kupang, Kamis (20/9/2012).
 
Untuk maksud tersebut, kata dr Rita Kusriastuti, pada awal akan menggelar rapat koordinasi dengan pihak terkait pelaksanaan hari rabies sedunia awal pekan ini di Maumere.
 
"Kita berharap instansi terkait dan para tokoh agama dan LSM serta pejuang yang peduli Rabies di Flores hadir pada kesempatan itu," katanya.

Ia mengatakan, pemilihan NTT sebagai tuan rumah hari rabies sedunia didasarkan pada tingkat keseriusan kejadian dan kasus yang ada bahkan telah menelan korban nyawa hingga Agustus 2012 telah mencapai 250 orang.
 
"Jumlah korban tewas akibat gigitan anjing yang tertular virus rabies di NTT terus meningkat bahkan meningkat drastis jika dibandingkan dengan kurun waktu tahun 1998 - 2005, mencapai 120 orang", katanya.
 
"Jika dikumulatifkan hingga Agustus 2012, korban tewas sia-sia akibat rabies sudah mencapai 250. Belum cukupkah kita belajar dari kematian ratusan saudara kita selama ini? Butuh berapa korban nyawa lagi agar kita lebih serius menangani rabies di propinsi NTT?".
 
Sebenarnya, katanya, sejak tahun 2000 pemerintah melalui Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral PPM dan PPL sudah mencanangkan `Indonesia bebas Rabies 2005'. Jadi, masalah pemberantasan rabies merupakan program nasional, dan sudah direncanakan sejak beberapa tahun yang lalu, namun hingga 12 tahun kemudian, juga belum terwujud, sehingga berbagai momentum yang terkait rabies seperti hari rabies sedunia, dipilih NTT sebagai tuan rumah.
 
"Ini juga merupakan satu cara dan upaya untuk memberantas virus ini dari NTT, sehingga perlu dukungan semua pihak," katanya.
 
Berdasarkan kriteria Kementerian Kesehatan RI, suatu daerah dikatakan bebas rabies jika daerah tersebut secara histori tidak pernah ditemukan penyakit rabies atau daerah yang tertular rabies akan tetapi dalam dua tahun terakhir tidak ada kasus secara klinis dan epidemiologis serta sudah dikonfirmasi secara laboratoris.
 
Tiga propinsi, yaitu Jawa Timur, Yogyakarta dan Jawa Tengah telah membuktikan bahwa dengan kemauan dan usaha keras berbagai pihak suatu daerah bisa bebas dari rabies.
"Surat Keputusan Menteri Pertanian No.892/Kpts/TN.560/9/97 tanggal 9 September 1997, menjadi bukti bahwa ketiga propinsi yang awalnya masuk dalam kategori tertular rabies, akhirnya dinyatakan bebas rabies," katanya.
 
“Kalau demikian, mengapa NTT tidak bisa bebas rabies setelah daerah ini terutama di Pulau Flores dan Lembata dinyatakan sebagai daerah tertular rabies pada 1998 sejak terjadinya wabah rabies di Kabupaten FloresTimur?”
 
"Tiga propinsi telah berhasil membuktikannya, dan kita warga NTT juga pasti bisa mewujudkan `NTT bebas rabies' asal kita mempunyai kemauan dan berusaha dengan keras," katanya.

Sumber: www.jurnas.com

Tidak ada komentar: